Pewarta: R.Budi Ariyanto Surantono
YOGYARAYA.COM – Banyak pejabat yang ketika memiliki jabatan, wewenang dan kekuasaan tinggi merasa menjadi seseorang yang super power.
ingin selalu di hormati, dihargai dan diberikan berbagai fasilitas dan kemudahan.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Sosoknya begitu bersajaha, dekat dengan rakyat dan tidak gila hormat atau gila jabatan.
Suatu pagi ditahun 1969, tanpa didampingi ajudan atau pengawal, Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini mengendarai mobil nya menyusuri jalan di Purwodadi menuju Tegal.
Namun rupanya, beliau salah memilih jalur jalan sehingga melanggar jalur satu arah yang membuatnya di stop polisi lalu lintas yang sedang berjaga.
Setelah berhenti , Sri Sultan HB IX membuka kaca jendela dan alangkah terkejutnya sang polisi ketika tau bahwa sosok didalam mobil itu adalah Raja Kasultanan Yogyakarta.
Namun, nalurinya sebagai penegak hukum membuatnya tetap memberanikan diri menyampaikan kepada pengemudi itu.
“Mohon maaf Bapak melanggar jalur satu arah”, ucapnya dengan berbagai perasaan berkecamuk di dadanya. Seraya ingin mengajak Sri Sultan HB IX untuk melihat rambu lalu lintas yang dilanggar.
Dengan bijak Sri Sultan HB IX menjawab “Saya yang salah, kamu pasti yang benar. Silakan ditilang”, jawab Ngarsa Dalem.
Akhirnya Polisi berpangkat Brigadir itu menilang dan menerima rebuwes (surat kendaraan dijaman dahulu).
Pagi nya, kantor tempat polisi itu bertugas geger. Sang Komandan memarahi polisi itu.
“Berani benar kamu menilang Sri Sultan HB IX”, tegas sang Komandan dengan marah. Ia pun berusaha akan mengembalikan rebuwes yang dibawa polisi itu kepala Ngarsa Dalem di Yogyakarta.
Teman-teman polisi itupun salin berbisik bahwa polisi pemberani itu akan segera kena sanksi dan bisa dipindahkan ke pedalaman.
Sang polisi itu hanya bisa pasrah terhadap nasib yang akan ia terima.
Namun beberapa hari kemudian, kantor polisi itu mendapatkan surat dari Sri Sultan HB IX. Yang intinya terkesan dengan ketegasan Pak Polisi dan meminta agar polisi itu dipindahkan tugas ke Yogyakarta dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat.
Lega sudah sang Polisi itu, ia tidak diberi sanksi tapi justru mendapat apresiasi dari Sri Sultan HB IX yang sudah ditilangnya.
Sebuah kisah yang bisa kita teladani betapa seorang pemimpin besar tidak sewenang-wenang menggunakan kekuasaannya. Dan itulah Sri Sultan Hamengkubuwono IX. (Ariyo)